Wike Astrid Cahayani
Sebagai lanjutan dari artikel
yang saya tulis sebelumnya tentang penyakit batu empedu, saya ingin menguraikan
sedikit hal mengenai aspek penanganan batu empedu. Dalam artikel sebelumnya,
saya sempat menuliskan terdapat tiga jenis tatalaksana yang dapat dilakukan
untuk mengeliminasi batu empedu, yaitu prosedur bedah (laparoskopik),
penggunaan shockwaves untuk
menghancurkan batu, serta obat-obatan atau zat pelarut batu. Pilihan bedah
laparoskopik saat ini merupakan prosedur yang paling direkomendasikan untuk
menghilangkan batu empedu. Akan tetapi, mungkin bagi sebagian orang prosedur
ini tetaplah terasa horor dan menyakitkan, sehingga acapkali mereka berusaha
mencari prosedur lain yang dianggap lebih tidak invasif namun efektif. Salah
satu yang sering kita dengar adalah pemanfaatan terapi alternatif, seperti
pijat refleksi, akupuntur, bekam; atau penggunaan obat-obatan herbal dan
pembenahan pola nutrisi.
Dari sejumlah pengobatan
alternatif dan pendekatan nutrisi yang saya ketahui, salah satu yang paling populer
di mesin pencari saat ini adalah pembersihan batu empedu menggunakan jus buah
apel segar selama kurun waktu tertentu. Berikut prosedur pembersihannya menurut
beberapa sumber (yang lebih nge-trend
dengan istilah gallbladder flush atau
liver flush atau liver cleansing):
1. Selama
lima hari berturut-turut, Anda diharapkan meminum empat hingga lima gelas jus buah
apel segar setiap hari, atau makanlah empat atau lima buah apel segar,
tergantung selera Anda. Jenis apelnya bisa apel yang mana saja, tapi ada yang
menyarankan apel yang terasa agak masam
dan airnya tidak terlalu banyak (tidak juicy).
Apel berkhasiat melembutkan batu empedu*.
Selama masa ini, Anda boleh makan seperti biasa.
2.
Pada hari ke-enam jangan makan malam. Jam 6 petang, aduklah satu sendok teh garam
Inggris (magnesium sulfat) dengan segelas air hangat. Jam 8 malam lakukan
kembali hal yang sama. Magnesium sulfat
berkhasiat membuka pembuluh-pembuluh kandung empedu*. Jam 10 malam, campurkan setengah cangkir teh minyak zaitun (atau
minyak wijen) dengan setengah cangkir sari jeruk segar (ada yang menggunakan
perbandingan minyak zaitun : jus jeruk/jus lemon = 2/3 cup : 1/3 cup). Aduklah
secukupnya sebelum diminum. Jus jeruk atau jus lemon dapat menghilangkan rasa
mual saat meminum minyak zaitun dalam jumlah besar. Minyak zaitun sendiri diklaim dapat melumasi batu-batu empedu yang
berguna untuk melancarkan keluarnya batu empedu*.
3.
Setelah meminum ramuan tadi, Anda disarankan untuk tidur dan berbaring miring
sebelah kiri (ada sumber lain yang menyebutkan sebelah kanan). Keesokan harinya,
Anda mungkin akan mengalami mulas sepanjang hari dan akan ke belakang selama
beberapa kali. Menurut beberapa sumber dan beberapa herbalis, hal itu wajar dan
merupakan proses detoksifikasi*. Pada umumnya, seseorang yang menjalani terapi
ini akan menemukan “batu-batu” berwarna kehijauan dalam limbah BAB yang
biasanya mengambang.
Dari
uraian tersebut, terdengar lebih menarik, sederhana, murah, mudah, serta aman
dibandingkan prosedur bedah yang lebih invasif. Cara tersebut juga memiliki
kelebihan karena langsung “terlihat hasilnya” setelah meminum campuran garam
Inggris-jus jeruk-minyak zaitun. Akan tetapi, karena latar belakang pendidikan
saya mengharuskan segala informasi kesehatan selayaknya berbasis bukti dan
dapat dipertanggungjawabkan, hal ini kemudian mendorong saya untuk mencari
sumber-sumber lain yang juga akurat dan berimbang (hehe, #smile#).
Alhasil,
dari beberapa search engine dan juga journal search engine, saya menemukan
beberapa artikel dan jurnal penelitian yang membahas mengenai pemanfaatan buah
apel untuk menghilangkan batu empedu (ataupun melembutkan batu, whatever). Akan tetapi, setelah saya
baca-baca lagi, ternyata tidak semua sumber tersebut didasarkan pada prosedur
baku penelitian ilmiah, namun beberapa hanya berdasar pada pengalaman pribadi
yang kurang lebih sama dengan uraian saya di atas. Begini kisahnya….
Salah
satu jurnal keluaran Lancet tahun
1999 (kurang tepat sih kalo disebut
jurnal, mungkin bagi kita ini lebih seperti surat pembaca, dan yang nulis
kebetulan adalah praktisi kesehatan) menyatakan bahwa salah seorang wanita
telah mencoba terapi jus apel tersebut dan berhasil menemukan ‘bebatuan kehijauan’
keesokan pagi pada BABnya. Setelah dikonfirmasi di rumah sakit pendidikan
daerah setempat, batu tersebut dinyatakan sebagai ‘batu lemak’ (fatty stones). Batu lemak di sini
dimaksudkan sebagai benda-benda kecil yang berbentuk seperti batu dengan lemak sebagai komposisi utamanya. Akan tetapi,
tidak ada statement dari RS yang menyatakan bahwa batu lemak tersebut adalah
batu empedu.
Lalu,
demi mendapatkan hasil pembanding terhadap testimoni tersebut, terdapat
beberapa penelitian lain yang coba melakukan hal yang sama. Salah satu hasil
penelitian mengemukakan bahwa hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap pasien
batu empedu yang diterapi dengan jus apel (dengan cara yang sama), menunjukkan
bahwa “batu-batu” yang keluar bersama BAB sama sekali tidak mengandung struktur
kristal dan mencair menjadi suatu cairan hijau berminyak setelah 10 menit
berada dalam suhu 40°C. Melalui suatu metode pemeriksaan kimiawi, “batu-batu”
tersebut juga terbukti tidak mengandung kolesterol, bilirubin, maupun kalsium
yang biasanya terkandung dalam batu empedu. Di samping itu, 75% materi yang
mendominasi “batu-batu” tersebut adalah
asam lemak. Nah, peneliti kemudian melakukan eksperimen lain dan menemukan
bahwa apabila kita mencampur suatu volume yang sama dari asam oleat (komponen
utama dalam minyak zaitun) dengan jus lemon dan sedikit larutan kalium
hidroksida, akan menghasilkan beberapa bentukan bola-bola kecil keputihan yang
sifatnya padat. Jika bola-bola tersebut dikeringkan pada suhu kamar, maka akan
semakin padat dan mengeras mirip batu.
Para
peneliti tersebut kemudian menyimpulkan bahwa “batu-batu hijau” yang keluar bersama
BAB merupakan hasil kolaborasi dari enzim lipase dan campuran triasilgliserol (lemak)
dari minyak zaitun, yang kemudian menghasilkan asam karboksilat rantai panjang.
Proses tersebut berlanjut dengan reaksi saponifikasi yang kemudian menghasilkan
bentukan misel besar dari potassium
carboxylates atau “soap stones” (potassium ditemukan dalam jus lemon
dengan kadar yang tinggi).
Well,
gampangnya sih…, jika kita mengkonsumsi regimen terapi yang terdiri atas jus
lemon dan minyak zaitun (terlebih dalam jumlah besar, seperti yang disarankan
pada terapi alternatif di atas), lalu kita meminum semacam obat pencahar,
alhasil di BAB kita akan ada sekumpulan benda asing yang tampak seperti
batu-batu kehijauan. Namun, sekalipun kita tidak mengkonsumsi apel, yaitu hanya
dengan minum jus lemon dan minyak zaitun, hampir bisa dipastikan bakal ada ‘batu-batu’
tersebut. Nah… inilah yang sebenarnya terjadi, batu-batu itu bukanlah batu yang
berasal dari batu empedu, tapi hanyalah hasil reaksi jika jus lemon bertemu
dengan minyak zaitun. Berikut saya sajikan gambar si batu yang dari tadi jadi
bahan perbincangan kita:
(Atas) ‘Batu-batu’ kehijauan dari limbah BAB
pasien yang mengkonsumsi jus lemon dan minyak zaitun. (Bawah) Batu empedu yang
diperoleh dari hasil operasi. (http://www.lancet.com/journals/lancet/article/PIIS0140-6736%2805%2966373-8/fulltext)
Oia,
ada beberapa hal yang agak menggelitik saya tentang beberapa kalimat dalam
panduan terapi alternatif jus apel di atas. Ijinkan saya sedikit berkomentar… :)
*Apel berkhasiat melembutkan batu
empedu.
Sejauh
ini belum ada penelitian yang sampai pada kesimpulan pasti bahwa apel dapat
menghancurkan ataupun melembutkan batu yang terdapat dalam kandung empedu.
Jikapun memang ada dan bisa demikian, mekanismenya secara jelas tentu perlu
kita ketahui bukan?
*Magnesium sulfat berkhasiat membuka
pembuluh-pembuluh kandung empedu.
Magnesium
sulfat atau yang lebih populer dengan istilah garam Inggris, merupakan salah
satu jenis obat pencahar atau pelancar BAB. Tokcer dah buat yang lagi sembelit J. Tapi kalau untuk membuka pembuluh kandung
empedu? Hmm, jelas saya meragukan hal tersebut. Pembuluh apa nih yang dimaksud?
Jika melihat konteks kalimatnya sih mungkin dimaksudkan si garam Inggris ini
bisa membuka saluran antara kandung empedu dengan usus 12 jari atau duodenum,
sehingga si batu diharapkan bisa ‘meluncur’ dan keluar melalui usus, hingga
akhirnya keluar bersama limbah BAB. Tapi, faktanya saluran yang disebut sebagai
duktus koledokus tersebut dalam kondisi normal memang selalu terbuka. Jadi,
kurang tepat jika fungsinya untuk itu.
*Minyak zaitun sendiri diklaim dapat melumasi
batu-batu empedu yang berguna untuk melancarkan keluarnya batu empedu.
Belum
ada informasi valid yang menyatakan bahwa batu empedu dapat dengan sendirinya
melewati saluran empedu lalu menuju usus, apalagi dipermudah dengan minyak
zaitun. Malah adakalanya batu yang melewati saluran empedu dapat menyumbat dan
menyebabkan gejala nyeri hebat di perut yang disebut sebagai kolik bilier. So, kurang masuk akal juga sih jika
minyak zaitun dapat ‘melumasi’ batu.
*detoksifikasi
Secara pribadi, saya kurang setuju jika istilah ini dipakai untuk proses yang menurut saya lebih tepat disebut sebagai kondisi yang mendekati diare. Terlebih apabila setelah meminum regimen terapi tersebut, pasien jadi bolak-balik ke belakang hingga jatuh dalam keadaan dehidrasi. Tentunya hal tersebut kurang tepat jika dimaknai sebagai detoksifikasi.
Kesimpulannya,
informasi mengenai apel yang mampu menghancurkan batu empedu merupakan mitos
belaka. Buah apel, minyak zaitun, dan jus lemon memang jelas bermanfaat baik
bagi tubuh. Tetapi, alangkah baiknya segala yang baik tidak dikonsumsi secara
berlebihan. Hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah dengan mengatur pola
hidup sehat, yaitu makan makanan bergizi dan seimbang, istirahat dan
berolahraga secara teratur. Kalaupun kita curiga apakah kita memiliki
batu empedu atau tidak, sebaiknya dikonsultasikan dengan orang-orang yang ahli di
bidangnya, misalnya dokter umum dan juga dokter spesialis penyakit dalam atau
bedah.
Semoga
sekelumit informasi ini berharga untuk Anda. Bersikap kritis dan bijaksana dalam menyerap informasi kesehatan tentu tidak ada ruginya. Tetap sehat dan tetap semangat :)