Wike Astrid Cahayani
Materi genetik membutuhkan
proteksi dan pengemasan dalam menjalankan proses regulasi, seperti transkripsi,
replikasi, dan perbaikan materi genetik. Pada
eukariota, sebagian besar peran proteksi dan pengemasan untai DNA ini dilakukan
oleh protein histon, di mana protein histon merakit untai DNA menjadi nukleosom-nukleosom. Sekumpulan nukleosom bersama dengan
sejumlah protein terkait lainnya akan membentuk kromatin. Setiap nukleosom terdiri dari 147 bp
DNA yang melilit di sekitar histone core
yang berisi dua salinan dari setiap histon, yaitu H2A, H2B, H3, dan H4 (Luger et al., 1997). Untuk mengaktifkan regulasi DNA yang
meliputi beragam proses, protein histon akan mengalami berbagai modifikasi post-translasional,
yang meliputi asetilasi, ubiquitilasi, metilasi, fosforilasi, dan sumoilasi
(Shahbazian dan Grunstein, 2007).
Sekitar lima puluh tahun yang lalu, Vincent Allfrey dan koleganya menemukan bahwa asetilasi grup ε-amino dari residu lisin pada histon memiliki andil yang penting dalam ekspresi gen (Allfrey et al, 1964). Asetilasi berperan dalam menetralkan muatan positif dari residu lisin histon sehingga dapat mengendurkan konformasi kromatin dan memungkinkan akses yang lebih besar bagi protein-protein terkait untuk melakukan transkripsi. Oleh karena itu, asetilasi secara umum pada histon dikaitkan dengan terjadinya aktivasi gen. Sebaliknya, penghilangan gugus asetil dari histon dapat menginduksi terjadinya kondensasi kromatin dan represi transkripsi pada gen (Haberland et al., 2009). Hal ini kemudian ditetapkan bahwa asetilasi lisin juga terjadi di sejumlah besar protein non-histon, seperti faktor transkripsi dan protein sitoplasma, dan mempengaruhi transkripsi gen dan proses seluler lainnya (Peng dan Seto, 2011). Asetilasi lisin pada histon merupakan bentuk modifikasi reversibel yang dikendalikan oleh aktivitas antagonis dari dua jenis enzim, yaitu histon asetilase (HATs) dan histon deasetilase (HDACs) (Shahbazian dan Grunstein, 2007). HATS mengkatalisis transfer gugus asetil dari asetil KoA ke grup ε-amino dari residu lisin. Sebaliknya, HDACs meningkatkan penghilangan gugus asetil dari residu lisin yang terasetilasi dan melepaskan molekul asetat (Gambar 1) (Peng dan Seto, 2011; Shahbazian dan Grunstein, 2007).
Sekitar lima puluh tahun yang lalu, Vincent Allfrey dan koleganya menemukan bahwa asetilasi grup ε-amino dari residu lisin pada histon memiliki andil yang penting dalam ekspresi gen (Allfrey et al, 1964). Asetilasi berperan dalam menetralkan muatan positif dari residu lisin histon sehingga dapat mengendurkan konformasi kromatin dan memungkinkan akses yang lebih besar bagi protein-protein terkait untuk melakukan transkripsi. Oleh karena itu, asetilasi secara umum pada histon dikaitkan dengan terjadinya aktivasi gen. Sebaliknya, penghilangan gugus asetil dari histon dapat menginduksi terjadinya kondensasi kromatin dan represi transkripsi pada gen (Haberland et al., 2009). Hal ini kemudian ditetapkan bahwa asetilasi lisin juga terjadi di sejumlah besar protein non-histon, seperti faktor transkripsi dan protein sitoplasma, dan mempengaruhi transkripsi gen dan proses seluler lainnya (Peng dan Seto, 2011). Asetilasi lisin pada histon merupakan bentuk modifikasi reversibel yang dikendalikan oleh aktivitas antagonis dari dua jenis enzim, yaitu histon asetilase (HATs) dan histon deasetilase (HDACs) (Shahbazian dan Grunstein, 2007). HATS mengkatalisis transfer gugus asetil dari asetil KoA ke grup ε-amino dari residu lisin. Sebaliknya, HDACs meningkatkan penghilangan gugus asetil dari residu lisin yang terasetilasi dan melepaskan molekul asetat (Gambar 1) (Peng dan Seto, 2011; Shahbazian dan Grunstein, 2007).
Gambar 1. HDACs
mengkatalisis pemindahan gugus asetil dari residu lisin untuk meregenerasi grup
ε-amino dan melepaskan molekul asetat. (Sumber: http://ars.els-cdn.com/content/image/1-s2.0-S1574789112000750-gr1.jpg)
HDACs dapat berperan sebagai ko-represor transkripsi
yang penting dalam sistem fisiologis dan patologis yang sangat bervariasi. Sampai saat ini, sudah 18 HDACs pada manusia
yang telah diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi empat kelas berdasarkan
homologi dengan protein ragi (yeast),
yaitu HDACs kelas I, II, III (sirtuins), dan IV. HDACs kelas I (HDAC1, 2, 3,
dan 8) homolog dengan regulator transkripsi ragi RPD3, HDACs kelas II (HDAC4,
5, 6, 7, 9, dan 10) homolog dengan hda1 pada ragi, HDACs kelas III homolog
dengan Sir2 (SIRT1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7), dan HDAC kelas IV yang hanya
beranggotakan HDAC11 homolog dengan kelas I dan II. HDACs kelas I, II, dan IV
juga disebut sebagai HDACs klasik dan ketiganya
merupakan Zn2+ enzim-dependent, sedangkan kelompok sirtuins memerlukan
NAD+ sebagai kofaktor (Haberland et al., 2009).
Deasetilasi histon yang dikatalisis oleh HDACs dapat mempengaruhi transkripsi gen eukariot dengan cara menghambat jalan masuk faktor transkripsi, sehingga gen yang bertanggung jawab dalam supresi sel tumor menjadi inaktif. Oleh karena itu, inhibisi pada aktivitas HDACs merupakan strategi yang potensial dalam terapi kanker. Inhibisi HDACs oleh suatu inhibitor spesifik akan menginduksi penahanan pertumbuhan, diferensiasi, dan apoptosis pada sel kanker (Monneret, 2005).
Inhibitor HDACs merupakan kelas baru agen kemoterapi dan telah menunjukkan aktivitas antikanker terhadap jenis kanker yang beragam. Hingga saat ini telah banyak ditemukan senyawa protein yang dapat berperan sebagai inhibitor HDACs, salah satunya adalah 6-(1,3-dioxobenzo[de]isoquinolin-2-yl)-N-hydroxyhexanamide atau yang dikenal sebagai scriptaid. Scriptaid dikandidatkan sebagai salah satu inhibitor HDACs karena kemiripan strukturnya dengan salah satu kelompok inhibitor HDACs, yaitu trichostatin A (TSA) dari kelompok asam hidroksamat (Gambar 2) (Su et al., 2000). Berdasarkan penelitian lanjutan, scriptaid dilaporkan dapat menghambat aktivitas HDACs kelas I, yaitu HDAC1, HDAC3, dan HDAC8 (Hu et al., 2003).
Deasetilasi histon yang dikatalisis oleh HDACs dapat mempengaruhi transkripsi gen eukariot dengan cara menghambat jalan masuk faktor transkripsi, sehingga gen yang bertanggung jawab dalam supresi sel tumor menjadi inaktif. Oleh karena itu, inhibisi pada aktivitas HDACs merupakan strategi yang potensial dalam terapi kanker. Inhibisi HDACs oleh suatu inhibitor spesifik akan menginduksi penahanan pertumbuhan, diferensiasi, dan apoptosis pada sel kanker (Monneret, 2005).
Inhibitor HDACs merupakan kelas baru agen kemoterapi dan telah menunjukkan aktivitas antikanker terhadap jenis kanker yang beragam. Hingga saat ini telah banyak ditemukan senyawa protein yang dapat berperan sebagai inhibitor HDACs, salah satunya adalah 6-(1,3-dioxobenzo[de]isoquinolin-2-yl)-N-hydroxyhexanamide atau yang dikenal sebagai scriptaid. Scriptaid dikandidatkan sebagai salah satu inhibitor HDACs karena kemiripan strukturnya dengan salah satu kelompok inhibitor HDACs, yaitu trichostatin A (TSA) dari kelompok asam hidroksamat (Gambar 2) (Su et al., 2000). Berdasarkan penelitian lanjutan, scriptaid dilaporkan dapat menghambat aktivitas HDACs kelas I, yaitu HDAC1, HDAC3, dan HDAC8 (Hu et al., 2003).
Gambar 2. Kemiripan struktur antara TSA dengan
scriptaid (Sumber: Su et al., 2000).
Mekanisme penghambatan HDACs oleh scriptaid tergambar lebih
jelas dalam penelitian Lee et al.
(2008) yang mengeksplorasi aktivitas scriptaid bersama 5-aza-dC dan TSA pada karsinoma kolorektal. Dalam studi ini, efek scriptaid pada pertumbuhan sel, siklus
sel, apoptosis dan perubahan epigenetik diselidiki pada RKO colorectal cancer cell line.
Pada penelitian Lee et
al. (2008), scriptaid menunjukkan efek sinergis dengan 5-aza-dC dalam menghasilkan
efek demetilasi dan re-ekspresi pada gen p16
yang mengalami hipermetilasi pada sel RKO. Akan tetapi, efek ini tidak akan
timbul apabila scriptaid dan 5-aza-dC tidak dikombinasikan bersama-sama. Hal
ini menunjukkan bahwa re-ekspresi yang penuh dari p16 membutuhkan complete
reversal dari histon yang termodifikasi pada keadaan eurokromatik, di mana
fungsi ini dapat dicapai dengan pengkombinasian scriptaid dan 5-aza-dC.
Asetilasi dan metilasi ekor histon pada
kromatin memainkan peran penting dalam regulasi ekspresi gen. Pengaruh scriptaid pada modifikasi
histon dalam penelitian Lee et al.
(2008) adalah sebanding dengan TSA. Scriptaid
dapat menginduksi modifikasi rantai histon yang penting dalam
struktur kromatin dengan jalan meningkatkan asetil-H3-K9 dan dimetil-H3-K4 serta
menurunkan dimetil-H3-K9, yang penting untuk represi gen pada promotor p16. Fakta bahwa scriptaid dapat
memodifikasi histon adalah terlepas dari kegagalan scriptaid (tanpa
dikombinasikan dengan 5-aza-dC) dalam melakukan demetilasi
dan re-ekspresi pada gen p16 yang
mengalami hipermetilasi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peran yang lebih
dominan pada metilasi DNA atas aktivitas histon deasetilase untuk pemeliharaan inaktivasi
gen (gene silencing) dalam
hubungannya dengan hipermetilasi pada CpG
islands di mamalia (Cameron et al.,
1999).
Analisis siklus sel pada sel RKO menunjukkan
bahwa pemberian scriptaid dengan konsentrasi 0,5 dan 1,0 µM dapat menginduksi G1 arrest dan pemberian
scriptaid dengan konsentrasi 2,0 µM dapat menginduksi G1 arrest dan G2/M
arrest (Lee et al., 2008). Temuan
ini konsisten dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa pemberian inhibitor
suberoylanilide hydroxamic acid
(SAHA) dengan konsentrasi 2,5 dan 5,0 µM dapat menginduksi G1 arrest pada sel T24 dan pemberian SAHA dengan
konsentrasi yang lebih tinggi dapat menginduksi G1 dan G2 arrest
(Richon et al., 2000). Dengan
demikian, pengamatan tersebut menunjukkan bahwa penghentian siklus sel
bergantung pada konsentrasi scriptaid dan inhibitor HDAC lain secara umum.
Induksi penghentian siklus sel oleh inhibitor HDAC sebagian
besar terkait dengan penghambatan transkripsi siklin A dan siklin D, atau dengan
aktivasi transkripsi dari p21WAF1/CIP1, p27KIP1 dan
GADD45α (Lee et al., 2008). Namun,
tingkat ekspresi protein-protein tersebut tidak berubah secara signifikan
setelah pemberian scriptaid. Sebaliknya,
adanya peningkatan ekspresi protein p14 dan GADD45G dan penurunan ekspresi
siklin B2 dan siklin E2 setelah pemberian scriptaid menunjukkan bahwa mekanisme
yang mendasari penghentian siklus sel dan inhibisi pertumbuhan sel oleh
scriptaid mungkin berbeda dengan mekanisme inhibitor HDAC lainnya.
Di samping menghentikan siklus sel, Lee et al. (2008) juga menemukan bahwa scriptaid dapat menghambat
pertumbuhan sel. Pemberian scriptaid dengan konsentrasi 1,0 µM menghambat
pertumbuhan sel RKO, di mana tidak ada efek sinergis yang timbul jika scriptaid
dikombinasikan dengan 5-aza-dC. Sedikit berbeda dengan penelitian Keen et al.
(2003) yang menemukan bahwa scriptaid
yang dikombinasikan dengan 5-aza-2'-deoxycytidine (5-aza-dC) dapat meningkatkan ekspresi estrogen receptor alpha yang dapat menekan pertumbuhan sel kanker
payudara.
Terkait aspek apoptosis,
dalam penelitian Lee et al. (2008) diketahui bahwa scriptaid tidak menginduksi
terjadinya apoptosis pada sel RKO, karena hasil perbandingan apoptosis pada
kontrol dengan sel yang diintervensi dengan scriptaid tidak menunjukkan
perbedaan statistik secara bermakna. Hal ini berbeda dari penelitian yang
dilakukan oleh Sharma et al. (2010),
di mana mereka menemukan bahwa scriptaid menginduksi terjadinya apoptosis pada
sel glioma melalui peningkatan aktivasi Jun N-terminal kinase (JNK). Scriptaid
juga meningkatkan ekspresi p21 dan p27 yang terlibat dalam regulasi siklus sel,
serta γH2AX yang berhubungan dengan respon kerusakan
DNA pada jalur JNK-dependent. Scriptaid juga dapat menurunkan aktivitas
telomerase pada jalur JNK-independent pada sel glioma.
Kesimpulannya, scriptaid merupakan inhibitor
HDACs yang berpotensi dalam menghambat pertumbuhan, menghentikan siklus sel,
modifikasi histon, dan menginduksi terjadinya apoptosis pada sel kanker (sel
glioma). Mekanisme yang mendasari peran scriptaid sebagai inhibitor HDACs memiliki
kemungkinan yang berbeda dengan mekanisme yang berlaku pada inhibitor HDACs
secara umum.
Referensi:
Allfrey
V.G., Faulkner R., Mirsky A.E.. 1964. Acetylation
and methylation of histones and their possible role in the regulation of RNA
synthesis. Proc Natl Acad Sci U S
A. 51: 786–794.
Cameron
E.E., Bachman K.E., Myohanen S., Herman J.G. dan Baylin S.B. 1999. Synergy of
demethylation and histone deacetylase inhibition in the re-expression of genes
silenced in cancer. Nat Genet. 21:
103-107.
Haberland
M., Montgomery R.L., Olson E.N. 2009. The
many roles of histone deacetylases in development and physiology: implications
for disease and therapy. Nat Rev
Genet. 10: 32–42.
Hu E., Dul E., Sung C.M., Chen Z., Kirkpatrick R., Zhang G.F., et al. 2003. Identification of novel
isoform-selective inhibitors within class I histone deacetylases. J Pharmacol Exp
Ther. 307(2):
720-728.
Keen J.C., Yan L., Mack K.M., Pettit C., Smith D., Sharma D., Davidson N.E. 2003. A novel histone deacetylase
inhibitor, scriptaid, enhances expression of functional estrogen receptor alpha
(ER) in ER negative human breast cancer cells in combination with 5-aza
2'-deoxycytidine. Breast Cancer Res Treat. 81(3): 177-186.
Luger K., Mader A.W.,
Richmond R.K., Sargent D.F., Richmond TJ. 1997. Crystal structure of the
nucleosome core particle at 2.8 A resolution. Nature. 389:251–260.
Lee E.J.,
Lee B.B., Kim S.J., Park Y.D., Park J., Kim D.H. 2008. Histone deacetylase
inhibitor scriptaid induces cell cycle arrest and epigenetic change in colon
cancer cells. Int J Oncol. 33:
767-776.
Monneret C. 2005. Histone
deacetylase inhibitors. Eur J Med Chem. 40 (1): 1-13.
Peng
L. dan Seto E. 2011. Deacetylation of nonhistone proteins by HDACs and the
implications in cancer. Handb Exp
Pharmacol. 206: 39–56.
Richon
V.M., Sandhoff T.W., Rifkind R.A. dan Marks P.A. 2000. Histone deacetylase
inhibitor selectively induces p21WAF1 expression and gene-associated histone
acetylation. Proc Natl Acad Sci USA.
97: 10014-10019.
Shahbazian
dan Grunstein, 2007. Functions of Site-Specific Histone
Acetylation and Deacetylation. Annu Rev
Biochem. 76:75–100.
Sharma V, Koul N, Joseph C, Dixit D, Ghosh S, Sen E. 2010. HDAC inhibitor, scriptaid,
induces glioma cell apoptosis through JNK activation and inhibits telomerase
activity. J Cell Mol Med. 14(8): 2151-2161.
Su G.H., Sohn T.A., Ryu B., Kern S.E. 2000. A novel histone deacetylase inhibitor
identified by high-throughput transcriptional screening of a compound library. Cancer Res. 60(12): 3137-3142.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar