Wike Astrid Cahayani
Glikosaminoglikan
(GAG) merupakan polisakarida panjang tidak bercabang yang dibentuk dari pengulangan
unit-unit disakarida yang mengandung derivat gula amin (heksosamin), contohnya glukosamin
atau galaktosamin, dan mengandung asam uronat (asam glukuronat atau asam
iduronat) atau galaktosa. Salah satu gula penyusun dari unit disakarida tersebut
minimal memiliki gugus karboksil bermuatan negatif atau gugus sulfat (Berg et al., 2002). Heksosamin, asam uronat,
dan galaktosa di setiap unit disakarida dapat disubstitusi dengan gugus sulfat
pada gula hidroksilnya, pada posisi 2, 4, dan 6 melalui aktivitas enzim
sulfotransferase yang berbeda, sehingga hal ini akan menyebabkan heterogenitas
struktur GAG dalam suatu individu (Caterson, 2012).
Glikosaminoglikan
terdapat pada matriks ekstraseluler dan cairan biologis dari vertebrata, di
mana karbohidrat kompleks ini berinteraksi dengan ratusan protein dan memainkan
banyak peran penting dalam tubuh (Frazier et
al., 2008). Pada umumnya, GAG akan terikat pada protein untuk membentuk
proteoglikan. Proteoglikan lebih cenderung menyerupai karbohidrat daripada
menyerupai protein, lantaran 95% berat biomolekulnya tersusun oleh karbohidrat.
Proteoglikan berfungsi sebagai lubrikan dan komponen struktural pada jaringan
pengikat, mediator adhesi sel pada matriks ekstraseluler, dan salah satu faktor
yang menstimulasi proliferasi sel (Berg et
al., 2002).
Kelompok
utama GAG terdiri atas kondroitin sulfat, keratan sulfat, heparin/heparan
sulfat, dermatan sulfat, dan hialuronat (Frazier et al., 2008). Heparan sulfat memiliki kemiripan dengan heparin,
akan tetapi heparan sulfat mempunyai gugus N- dan O-sulfat yang lebih sedikit
dan gugus asetil yang lebih banyak dibandingkan heparin (Berg et al., 2002). Heparan sulfat,
kondroitin sulfat, dan dermatan sulfat akan diikatkan secara kovalen dengan proteoglycan core protein pada saat
berada di Golgi melalui sambungan trisakarida (Galactose-Galactose-Xylose) dengan
residu serin atau treonin pada protein. Keratan sulfat akan diikatkan dengan proteoglycan core protein melalui N-linked oligosaccharide atau O-linked oligosaccharide yang melekat ke
residu asparagin. Hyaluronat merupakan satu-satunya disakarida penyusun GAG
yang agak unik karena tidak memiliki gugus sulfat dan tidak dihubungkan dengan core protein, serta disekresikan secara
langsung oleh sel ke ruang ekstraseluler (Frazier et al., 2008).
Zebrafish
(Danio rerio) merupakan organisme
yang populer sebagai model hewan coba yang mewakili vertebrata, oleh karena
kemampuannya dalam berkembang biak yang sangat baik serta aspek morfologi dan
fisiologinya yang mirip dengan mamalia (Zhang et al., 2009). Sebagai model vertebrata, keunggulan zebrafish dibandingkan
tikus, antara lain memiliki siklus hidup yang pendek, dapat dipelihara dengan
biaya rendah, dan dapat dilakukan manipulasi genetik dengan mudah. Di samping
itu, model zebrafish mutan yang menunjukkan adanya defek pada sintesis
proteoglikan maupun sulfasilasi pada GAG dapat menyerupai kondisi penyakit yang
berhubungan dengan sistem rangka pada manusia (Wiweger et al., 2011).
Penelitian
menggunakan HPLC (high performance liquid
chromatography) dan mass spectrometry
telah menguraikan diversitas struktur GAG pada spesies zebrafish. Meskipun
terdapat penelitian awal yang melaporkan bahwa zebrafish tidak memiliki heparan
sulfat sebagai penyusun glikosaminoglikannya (Souza et al., 2007), terdapat penelitian lain yang menunjukkan hasil yang
sebaliknya, bahwa embrio zebrafish yang sedang berkembang memiliki kondroitin
sulfat maupun heparan sulfat, dan ekspresi dari disakarida penyusun GAG
tersebut bersifat dinamis dan diregulasi secara luas (Zhang et al., 2009). Oleh karena bersifat
dinamis, komposisi GAG mengalami perubahan dalam setiap tahapan perkembangan zebrafish
yang teramati pada fase 0,5 hari, 1 hari, 5 hari dan fase dewasa. Hal ini
mengindikasikan bahwa perubahan tersebut (dari segi kuantitas) berperan dalam
fungsi yang berbeda di setiap tahap perkembangannya, sehingga diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui peran GAG dalam perkembangan
zebrafish.
Hasil
penelitian Hayes dan kolega (2013) menjadi salah satu penguat bagi temuan Zhang
et al. (2009), di mana penelitian
tersebut melaporkan bahwa zebrafish memiliki heparan sulfat dan kondroitin
sulfat, dan keduanya terekspresi secara luas pada sistem rangka zebrafish.
Perbedaan pada kedua penelitian tersebut terletak pada metode yang digunakan
untuk menganalisis disakarida penyusun GAG, di mana Zhang et al. (2009) meggunakan metode HPLC sedangkan Hayes et al. (2013) menggunakan antibodi
monoklonal yang mengenali heparan sulfat dan kondroitin sulfat dalam pemeriksaan
imunohistokimia.
Heparan
sulfat pada proteoglikan telah diketahui berperan penting dalam memodulasi
sinyal selama terjadi skeletogenesis pada vertebrata (Farach-Carson et al., 2005). Pada penelitian Hayes et al. (2013), heparan sulfat
terdistribusi secara luas pada sistem rangka zebrafish di tahap perkembangan
awal, dengan komposisi terbesar pada kartilago kraniofasial. Adanya heparan
sulfat pada jaringan pengikat yang berbeda pada zebrafish mengkonfirmasi
keterlibatan GAG dalam skeletogenesis, di mana defek pada heparan sulfat akan mengakibatkan
abnormalitas morfologi dan fungsi dari jaringan pengikat zebrafish (Wiweger et al., 2011). Selain itu, pentingnya
heparan sulfat juga dibuktikan dalam penelitian Holmborn et al. (2012) yang menyimpulkan bahwa biosintesis heparan sulfat
akan lebih diprioritaskan dibandingkan biosintesis kondroitin sulfat pada
zebrafish yang mengalami mutasi UDP-glucuronate decarboxylase 1 (uxs1) dan beta-1,3-glucuronosyltransferase
3 (b3gat3).
Dari
seluruh fase perkembangan yang diamati, kondroitin sulfat cenderung terekspresi
di sistem rangka aksial zebrafish. Hal ini terlihat pada usia 3 hari setelah fertilisasi
(day-post-fertilization, dpf),
kondroitin sulfat terekspresi di sekitar notokorda. Adapun pada usia 4 dpf,
kondroitin sulfat juga terekspresi kuat di sekitar notokorda dan sebagian kecil
terekspresi lemah di sekitar intersomit. Pada usia 8 dpf, kondroitin sulfat
terekspresi di daerah dorso-ventral dan semakin meluas ke daerah vertebral dan haemal arches pada pengamatan beberapa
hari sesudahnya. Ekspresi kondroitin sulfat ini bersifat dinamis selama
terjadinya skeletogenesis, di mana hal ini mungkin merefleksikan sinyal-sinyal
yang terjadi selama perkembangan rangka aksial zebrafish yang meliputi bagian
tengkorak dan batang tubuh (Hayes et al.,
2013).
Hayes
et al. (2013) juga menyimpulkan bahwa adanya perbedaan tipis yang teramati
pada ekspresi disakarida penyusun GAG selama skeletogenesis mengindikasikan
peran fungsional yang berbeda dalam pembentukan sistem rangka pada zebrafish.
Hal ini diduga juga mencerminkan mekanisme skeletogenesis pada kelas vertebrata
yang lebih tinggi, di mana ekspresi GAG diregulasi dengan sangat baik selama
skeletogenesis untuk memenuhi peran fungsional yang berbeda.
Baik
penelitian Zhang et al. (2009) maupun
Hayes et al. (2013) tidak membahas
mengenai peran fungsional ataupun mekanisme yang mendasari perbedaan komposisi
atau ekspresi GAG pada setiap tahap perkembangan zebrafish yang diamati. Zhang et al. (2009) menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kuantitas GAG dan perbedaan komposisi penyusun GAG (heparan
sulfat dan kondroitin sulfat) pada tahapan usia zebrafish yang berbeda,
sedangkan Hayes et al. (2013)
menekankan adanya perbedaan pola ekspresi atau distribusi disakarida penyusun
GAG pada sistem rangka zebrafish pada usia 3-8 dpf. Namun, keduanya sepakat
pada satu hal: adanya perbedaan komposisi maupun distribusi disakarida penyusun
GAG mendukung tercapainya peran fungsional yang juga berbeda di setiap tahap
perkembangan zebrafish.
Referensi:
Berg
J.M., Tymoczko J.L., dan Stryer L. 2002. Biochemistry,
5th edition. New York: W.
H. Freeman and Company.
Caterson B. 2012.
Fell-Muir Lecture: Chondroitin sulphate glycosaminoglycans: fun for some and
confusion for others. Int J Exp Path.
93: 1–10.
Farach-Carson M.C.,
Hecht J.T., Carson D.D. 2005. Heparan sulfate proteoglycans: key players in
cartilage biology. Crit Rev Eukaryot Gene
Expr. 15: 29-48.
Frazier
S.B., Roodhouse K.A., Hourcade D.E., Zhang L. 2008. The Quantification of Glycosaminoglycans: A
Comparison of HPLC, Carbazole, and Alcian Blue Methods. Open Glycosci. 1: 31-39.
Hayes A.J., Mitchell
R.E., Bashford A., Reynolds S., Caterson B., Hammond C.L. 2013. Expression of
Glycosaminoglycan Epitopes During Zebrafish Skeletogenesis. Developm Dyn. 242: 778-789.
Holmborn K., Habicher
J., Kasza Z., Eriksson A.S., Filipek-Gorniok B., Gopal S., et al. 2012. On the
roles and regulation of chondroitin sulfate and heparan sulfate in zebrafish
pharyngeal cartilage morphogenesis. J
Biol Chem. 287: 33905-33916.
Souza A.R., Kozlowski
E.O., Cerqueira V.R., Castelo-Branco M.T., Costa M.L., Pavão M.S. 2007. Chondroitin
sulfate and keratan sulfate are the major glycosaminoglycans present in the
adult zebrafish Danio rerio (Chordata-Cyprinidae). Glycoconj J. 24: 521-530.
Wiweger M.I., Avramut
C.M., de Andrea C.E., Prins F.A., Koster A.J., Ravelli R.B., Hogendoorn P.C.
2011. Cartilage ultrastructure in proteoglycan-deficient zebrafish mutants
brings to light new candidate genes for human skeletal disorders. J Pathol. 223: 531-542.
Zhang F., Zhang Z.,
Thistle R., McKeen L., Hosoyama S., Toida T., Linhardt R.J., Page-McCaw P. 2009.
Structural characterization of glycosaminoglycans from zebrafish in different
ages. Glycoconj J. 26: 211-218.
Yaa Allah, ini kenapa nggak bisa dicopy? bagi ilmu pelit amat
BalasHapus